Untuk anda yang ingin mendownload filenya, berbentuk (.docx)
Silahkan klik link dibawah ini!.
BAB I
PENDAHULUAN
Otak merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Trilyunan sel otak memiliki fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan psikis manusia. Baik secara sadar maupun tak sadar Kapasitas penyimpanan memori di dalam otak jauh melebihi kapasitas hardisk komputer terbesar sekalipun. Otak memiliki kemampuan menangani algoritma rumit secara bersamaan dalam jumlah tak terbatas, jauh melebihi kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun. Tapi sayangnya manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta untuk mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan sebagian itu.
Manusia cenderung untuk menyempurnakan sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut dengan cara mengkreasikan sendiri detil-detil cerita itu. Akibatnya, sebuah cerita tentang suatu peristiwa yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah dari masa ke masa. Makin lama jarak waktu antara kejadian awal dengan saat bercerita, maka makin banyak perubahannya.
Dalam makalah ini membahas tentang Memori dan Lupa serta Transfer. Mencakup mengenai hal-hal yang berkaitan dengan memori dan lupa yang terjadi dalam diri manusia.
PEMBAHASAN
1. Memori
A. Pengertian Memori
Menurut Carlson memori ialah proses kognitif yang mencakup aspek-aspek encoding, storage, dan retrieval. Encoding merupakan aktivitas pemberian kode atau tanda-tanda yang mengesankan kepada sistem memorial untuk kemudian diubah sedemikian rupa menjadi bentuk informasi yang diterima oleh sensori register dan proses memori. Storage merupakan proses memelihara yang telah diterima untuk disimpan didalam memori. Retrievalmerupakan proses untuk mengenali jejak dan lokasi penyimpanan memori (memory traches), memanggilnya kembali pada memori permukaan di otak untuk kemudian menggunakan informasi tersebut pada saat dibutuhkan.
Ada tiga pengertian dasar mengenai memori, yaitu:
1. Kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan dimasa yang akan datang.
2. Memori dapat juga dipahami dalam kaitannya dengan isi memory. Hal ini berarti sebagai sebuah tempat penyimpanan memori.
3. Memori adalah sebagai proses pengenalan dan pemahaman satu informasi.
Dengan demikian, definisi memori adalah kemampuan untuk mengenal objek rangsang (input,stimulus) dan mengambil alih informasi tersebut ke dalam sensory register (acquisition) untuk kemudian di simpan dalam proses penggudangan (storage), dan dipanggil kembali pada saat di butuhkan (retrieval,recall).
Dalam penjelasan di atas di jelaskan tiga tahapan pemrosesan memori, yaitu:
1. Acquisition
Pada tahap ini indra menerima rangsangan untuk di seleksi atau di pilih sesuai dengan kehendak dan kemudian diubah ke dalam bentuk yang diterima oleh sistem memori otak.
2. Storage
Pada tahap ini informasi yang diterima dan telah diseleksi untuk disimpan didalam daftar (sensory register) agar dapat dipanggil kembali apabila diperlukan. Dalam tahap ini terjadi proses pemeliharaan stimulus (input)didalam sistem memori otak.
3. Retrieval
Tahap ini merupakan tahap dimana diharapkan informasi yang telah disimpan dapat dipanggil kembali untuk digunakan pada saat seseorang membutuhkan bentukan dan hasil pemrosesan informasi dan penyimpanan dalam sistem memori otak. Jika terjadi kegagalan dalam proses ini maka terjadi proses yang disebut "lupa".
B. Teori-Teori Memori
Teori yang paling banyak yang digunakan oleh para ahli adalah teori tentang tiga proses memori, seperti berikut :
1. Enconding,adalah proses dimana informasi sensoris diubah kedalam bentuk yang dapat diingat. Enconding dapat dilakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan beberapa huruf sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger chunks) dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger chunks). Proses pengubahan informasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu :
a) Tidak Sengaja, yaitu apabila hal-hal yang diterima oleh indera dimasukkan dengan tidak sengaja ke dalam ingatannya. Contohnya adalah seorang anak yang menginginkan barang yang sangat ia mau, apabila tidak dibelikan, ia akan menangis sekeras kerasnya. Kelakuan tersebut bisa tersimpan di otak mereka karena dengan menangis sekeras-kerasnya ia akan dibelikan barang yang ia mau.
b) Sengaja,yaitu bila individu dengan sengaja memasukkan pengalaman dan pengetahun ke dalam ingatannya. Contohnya adalah seseorang yang sering jalan kesuatu tempat, ia akan hafal dengan sengaja tempat tersebut.
2. Storage,adalah penyimpanan apa yang telah diproses dalam enconding tersebut. Proses ini disebut juga dengan retensi yaitu proses mengendapkan informasi yang diterimanya dalam suatu tempat tertentu. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi jenis memori (sensori memori, memori jangka pendek, atau memori jangka panjang). Setiap proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak dalam diri seseorang dan jejak ini akan disimpan sementara dalam ingatannya. Sehubungan dengan masalah retensi dan kelupaan, ada satu hal penting yang dapat dicata, yaitu interval atau jarak waktu antara memasukkan dan menimbulkan kembali.
C. Faktor yang mempengaruhi Memori
Proses mengingat atau memori banyak dipengaruhi oleh berberapa faktor, yaitu:
1. Faktor Individu. Proses mengingat akan lebih efektif apabila individu memiliki minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki metode tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran memiliki kondisi Fisik dan kesehatan yang baik.
2. Faktor Sesuatu yang harus di Ingat adalah sesuatu yang memiliki organisasi dan struktur yang jelas, mempunyai arti, mempunyai keterkaitan dengan individu, mempunyai intensitas rangsangan yang cukup kuat.
3. Faktor Lingkungan proses mengingat akan lebih efektif apabila ada lingkungan yang menunjang dan terhindar dari adanya gangguan-gangguan.
D. Upaya Peningkatan Kemampuan Memori
Secara umum usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan memori harus memenuhi tiga ketentuan sebagai berikut:
1. Retrieval (pengulangan). Proses memori bukanlah suatu usaha yang mudah. Oleh karena itu, perlu diperhatikan bahwa pengulangan/rekan. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu organisme dalam menghadapi berbagai persoalan sehari-hari. Seseorang dikatakan “belajar dari pengalaman” karena ia mampu menggunakan berbagai informasi yang telah diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya saat ini.
2. Bahan-bahan yang akan diingat harus mempunyai hubungan dengan hal-hal lain. Khusus mengenai hal ini, konteks memegang peranan penting. Dari uraian di depan jelas bahwa memori sangat dibantu bila informasi yang dipelajari mempunyai kaitan dengan hal-hal yang sudah dikenal sebelumnya. Konteks dapat berupa peristiwa, tempat, nama sesuatu, perasaan tertentu dan lain-lain. Konteks ini memberikan retrievel cues atau karena itu mempermudah recognition.
3. Proses memori memerlukan organisasi. Salah satu pengorganisasian informasi yang sangat dikenal adalah mnemonik (bahasa Yunani: mnemosyne, yaitu dewi memori dalam mitologi Yunani). Informasi diorganisasi sedemikian rupa (dihubungkan dengan hal-hal yang sudah dikenal) sehingga informasi yang kompleks mudah untuk diingat kembali.
E. Metode Pengukuran Memori
1. Nonsense Syllables/Saving Method, yaitu proses mengingat dengan cara menabung.
2. Recall (mengulang kembali) proses mengingat kembali informasi yang telah dipelajari tanpa diberikan petunjuk.
3. Recognition (mengenali kembali) mengenali informasi dengan cara pengenalan lebih mendalam bentuk-bentuk stimulus yang ada.
2. Lupa
A. Pengertian Lupa
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Wittig (1981) menyimpilkan berdasarkan penelitiannya, peristiwa lupa yang dialami seseorang tak mungkin dapat diukur secara langsung. Sering terjadi, apa yang dinyatakan telah terlupakan oleh seseorang justru ia katakan.
B. Faktor-faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori.Dalam interforence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu 1) proactive interforence; 2) retroactive interforence.
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya menganggu masuknya materi pelajaran baru. Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seseorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan :
a. Karena item informasi yang diterima kurang menyenangkan.
b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada.
c. Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah di gunakan.
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990).
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau di hafalkan siswa.
Keenam, lupa dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.Seperti seorang siswa yang terserang penyakit tertentu.
C. Teori-Teori Mengenai Lupa
Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
a. Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.
b. Teori interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
c. Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
d. Teori motivated forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.
e. Lupa karena sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.
D. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Menurut Barlow (1985), Reber (1988) dan Anderson (1990), adalah sebagai berikut :
a. Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu.
b. Extra study time
Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar.
c. Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering disebut juga mne-monic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa.
d. Pengelompokan
Pengelompokan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
e. Latihan terbagi
Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan di antara waktu-waktu istirahat.
f. Pengaruh letak bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung, siswa di anjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah dan sebagainya) yang di awali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.
3. Tranfer dalam Belajar
Tranfer dalam belajar yang lazim disebut tranfer belajar (transfer of learning) mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya (Reber 1988).
Peristiwa pemindahan pengaruh (transfer) pada umumnya atau hampir selalu membawa dampak, baik positif maupun negatif terhadap aktivitas dan hasil pembelajaran materi pelajaran atau keterampilan lain. Sehingga, transfer dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni transfer positif dan transfer negatif.
Menurut Theory of Identical Element yang dikembangkan oleh E.L Thorndike, tranfers positif biasanya terjadi bila ada kesamaan elemen antara materi yang lama dengan materi yang baru. Contoh seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika.
Sebaliknya, orang yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran daripada orang yang baru belajar mengetik. Pengalaman kesukaran inilah yang disebut transfer negatif.
Selanjutnya, menurut Gegne seorang pakar psikologi pendidikan, tranfer dalam belajar dapat di golongkan ke dalam empat kategori, yaitu :
1. Ragam Tranfer Belajar
a. Transfer positif
Transfer positif dapat terjadi dalam diri seseorang siswa apabila guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut belajar dalam situasi-situasi lainnya.
b. Tranfer negatif
Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengetahuan yang dipelajari dalam situasi-situasi lainnya.
c. Transfer vertikal
Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila dalam pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi atau rumit.
d. Transfer lateral
Transfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi lain.
2. Terjadinya Transfer dalam Belajar
Terjadinya transfer positif akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan da keterampilan yang telah ia pelajari di sekolah. Seperti alat-alat dan ruang kerja yang akan di tempati siswa kelak setelah lulus. Namun, apabila cara ini sulit ditempuh, alternatif lain dapat diambil umpamanya on the job training, yaitu mengadakan praktik lapangan di tempat-tempat kerja seperti kantor, sekolah, pabrik, kebun dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan jurusan dan keahlian yang dimilikinya.
Menurut teori yang dikembangkan Thorndike, transfer positif hanya akan terjadi apabila dua materi pelajaran memiliki kesamaan unsur. Contoh jika Anda telah memecahkan masalah geometri yang mengandung sejumlah huruf tertentu sebagai petunjuk, maka Anda tak akan dapat mentransfer kemapuan masalah geometri (ilmu ukur) itu untuk memecahkan masalah geometri lainnya yang menggunakan huruf yang berbeda.
Berdasarkan hasil-hasil riset kognitif seperti diatas, Anderson (1990) yakin bahwa transfer positif hanya akan terjadi pada diri seorang siswa apabila wilayah pengetahuan atau keterampilan yang dipeajari siswa tersebut menggunakan dua fakta dan pola yang sama, dan membuahkan hasil yang sama pula. Dengan kata lain, dua dominan pengetahuan tersebut merupakan sebuah pengetahuan yang sama. Contoh, siswa yang sudah menguasai bahasa dan sastra Indonesia, ia mungkin akan mudah menjadi pengarang. Mudahnya siswa tersebut menjadi pengarang bukan karena adanya kesamaan elemen, melainkan karena antara penguasaan bahasa dan sastra dengan aktivitas mengarang itu terdapat “benang merah” yang muncul dari struktur logika pengetahuan yang sama.
Sedangkan transfer negatif, menurut Anderson (1990) dan Lawson (1991) tak perlu dirisaukan lantaran sangat jarang terjadi. Kesulitan belajar siswa yang selama ini diduga terjadi karena adanya transfer negatif, sebenarnya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Sebab, sementara ini gangguan konflik antar-ingatan fakta dalam memori manusia hampir tak pernah terjadi atau menganggu perolehan keterampilan baru.
PENUTUP
Dari beberapa uraian pembahasan di atas dapat di tarik beberapa kesimpulan di antaranya :
· Memori adalah kemampuan untuk mengenal objek rangsang (input,stimulus) dan mengambil alih informasi tersebut ke dalam sensory register (acquisition) untuk kemudian di simpan dalam proses penggudangan (storage), dan dipanggil kembali pada saat di butuhkan (retrieval,recall).
Proses mengingat atau memori banyak dipengaruhi oleh berberapa faktor, yaitu:Faktor Individu, faktor Sesuatu yang harus di Ingat, dan faktor Lingkungan proses mengingat akan lebih efektif apabila ada lingkungan yang menunjang dan terhindar dari adanya gangguan-gangguan.
· Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.
Faktor-faktor Penyebab Lupa:
1. Gangguan konflik antara item-item informasi
2. Adanya tekanan terhadap item
3. Perubahan situasi
4. Perubahan sikap
5. Karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau di hafalkan siswa.
6. Perubahan urat syaraf otak.
· Tranfer dalam belajar ialah pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya. Ragam tranfer belajar, yaitu transfer lateral, transfer vertikal, tranfer negatif dan transfer positif.
0 Response to "Makalah Psikologi Pendidikan (Memori, Lupa, dan Transfer)"
Post a Comment